Rabu, 26 Oktober 2011

Kebenaran Sejati

            Adzan magrib berkumandang seluruh umat islam menjalankan kuwajibannya menunaikan shalat magrib. Adzan magrib saling bersahutan satu dengan lainnyasambung menyambung tiada hentinya lantunan puji-pujian untuk Tuhannya bergemuruh melafalkan kekuasaannya tunduklah semua yang ada di langit dan bumi tercinta.

            Meminta itu sifat manusia meminta maaf atas segala yang telah terjadi dalam benak dirinya suatu hal yang amatlah dasar untuk ukuran nurani manusia. Hal yang wajar yang harus diperbuat memohon dengan segala kerendahan diri meminta belas kasihan untuk dirinya sendiri.

            Lupa itu adalah kodrat yang Tuhan telah berikan kepada hambanya agar dia sadar akan kelemahan dan kekurangannya tidak patutlah seorang manusia menyombongkan dirinya hanya tuhanlah yang berhak untuk sombong, manusia hanya setetes dari semua air yang ada di dunia ini. Sungguh terhinalah orang-orang  yang menyombongkan dirinya. Apa yang disombongkan? Itu tanda Tanya besaruntuk orang-orang yang merasa dirinya sudah berhak untuk sombong.

            Sinar matahari menembus rusuk manusia, dinginnya malam menembus  hati yang terdalam. Apa maksud dari kata-kata itu? Hanya orang yang bisa mengendalikan nafsunyalah yang dapat menafsirkan dengan tepat. Tidak ada batasan manusia untuk berfikir mencari filosofi dari sesuatu hal yang membuat dirinya termotivasi untuk menjalankannya.

            Pena bergerak diatas kertas putih, tidak mengerti menulis apamengukir apa ataupun yang lainnya. Hidup ini bagai kita menulis pada sebuah kertas. Tergantung pribadi masing-masing mau dibuat apa diarahkan kemana. Jika dibuat untuk kebaikan maka akan kembali baik untuk kita sendiri dan sebaliknya. Manfaatkan secarik kertas dan pena yang telah Tuhan berikan. Pergunakan dengan baik dan benar menurut diri kita sendirim, masyarakat dan dan Tuhan YME. Itulah sejatinya kebenaran.

            Salam sukses selalu penulis ucapkan kepada setiap pembaca. Semoga hidup kita di ridhoi oleh Tuhan YME. Amin [Oleh: M. Miftahur Royan]

Comments
0 Comments

Posting Komentar

Tulisan terkait