Jumat, 25 November 2011

Pagar Bambu Belakang Kontrakan

            Gak tau yah napa malem-malem  kok belom bisa mejamin ni mata, entah apa yang ada dibenak fikiran. Ditemani seorang sahabat berjaket hijau. Yang ku maksud sahabat berjaket hijau adalah Mas Adit, aku baru kenal ni anak mungkin baru satu bulan, itu pun tak ada perkenalan diantara kami, kami saling mengenal karena dia adalah teman Mas Agung dan Mas Agung itu teman se kontrakanku. Sebelumnya aku curiga dengan mereka, kok kayak gula sama kopi, dimanapun selalu berdua, apa jangan-jangan mereka….???? Bisa agan berfikir sendirilah apa yang aku maksud, tapi itu hanya dugaan ku, dan itu pun tak benar kebenarannya.  Udah cukup sampe disini aja, prolog dari awal cerita yang akan ku ceritakan. 

              Kejadian itu berawal dari tetangga kontrakan kami yang beradu belakang dengan kontrakan kami yang hanya dibatasi oleh pagar bambu. Kami tinggal bertiga di kontrakan dan tetangga belakang kami juga bertiga, yang membedakan kami cowok semua dan mereka cewek semua. “ Tok tok tok,” kudengar ketukan dari arah pagar bambu. Pada waktu itu posisiku masih nyuci di kamar mandi, tapi masih pake baju lengkap loh ya. Eh ternyata salah seorang tetangga belakang yang memanggil. “iyah, da apa mbak” kujawab sekenanya. “Mas gimana ya kalo pagar ini di hilangin aja, taruh disamping, kan pagar yang luar punya mas rusak, biar ndak di masukin maling” dia berkata. Langsung ku jawab sebisanya “Maaf ya mbak sebelumnya, aku gak berani, soalnya aku ndak ngontrak sendirian, masih ada Mas Adit and Mas Agung, tanya ja ke Mas Agung besok ja ya mbak. “Owh..yadah mas” Sambil meninggalkan pagar bamboo yang ada di sampingnya.

            Keesokan harinya, aku ada kuliah pagi dan singkat cerita aku pulang sekitar jam 2. Setelah bebersih diri dan menghadap ke sang pencipta(shalat gan, maksudnya) aku menidurkan ragaku  karena capek dan ntar setelah magrib masih ada kuliah lagi. Didalam aku tidur entah apa yang terjadi aku tak tau, passs aku bangun eh,… pagar bambu yang ada di belakang udah  pindah di samping, tembuslah kontrakan kami ke kontrakan tetangga cewek itu. Aku sich gak banyak koment, aku diam ajah, tetapi dihati bilang” gmna ntar kata tetangga kalo kontrakan cewek ma cowok gak ada pembatasnya????” dan sampe sekarang masih terfikirkan olehku. Jika ada yang mau mengusulkan dan menyarankan aku harus gmana, akan saya pertimbangkan dengan sebijak bijaknya.. sekiannnya untuk tulisanku yang  tak berguna ini. Aku hanya ingin mengungkapkan apa yang ada difikiranku yang tak bisa langsung ku ucapkan.[Oleh: M. Miftahur Royan]

Sekian terimakasih
Jember, 24 November 2011


Comments
8 Comments

Tulisan terkait